PENDAHULUAN
Latar Belakang
Jagung
(Zea mays L.) merupakan salah satu
tanaman dunia yang terpenting, selain gandum dan padi. Sebagai sumber
karbohidrat utama di Amerika Tengah dan Selatan, jagung juga menjadi alternatif
sumber pangan di Amerika Serikat. Penduduk beberapa daerah di Indonesia (misalnya Madura dan Nusa
Tenggara) juga menggunakan jagung sebagai pangan pokok. Selain sebagai sumber
karbohidrat, jagung juga ditanam sebagai pakan ternak (hijauan maupun
tongkolnya), diambil minyaknya dari biji, dibuat tepung (dari biji dikenal
dengan istilah tepung jagung atau maizena), dan bahan baku industri (dari tepung biji dan tepung
tongkolnya). Tongkol jagung kaya akan pentosa, yang dikenal sebagai bahan baku pembuatan furfural.
Jagung yang telah direkayasa genetika juga sekarang ditanam sebagai penghasil
bahan farmasi (http://id.wikipedia.org/wiki/jagung,
2010).
Permasalahan
yang dihadapi petani jagung antara lain: (1) penggunaan varietas unggul yang
berdaya hasil tinggi, baik yang bersari bebas maupun hibrida masih terbatas,
(2) di beberapa daerah khususnya pada lahan kering petani masih banyak yang
menggunakan jarak tanam yang tidak teratur, (3) pemupukan pada umumnya belum
didasarkan atas ketersediaan unsur hara, dalam tanah dan kebutuhan tanaman.
Umumnya petani memupuk dengan dosis yang beragam sesuai dengan kemampuan
keuangannya masing-masing dan tidak diimbangi dengan pemupukan P dan K yang
sesuai dengan dosis kebutuhan tanaman
(http://www.pustaka-deptan.go.id/agritek/jwtm
0107.pdf, 2010).
Jagung
sebagai tanaman daerah tropik dapat tumbuh subur dan dan memberikan hasil yang
tinggi apabila tanaman dan pemeliharaanya dengan baik. Tanaman jagung sampai
berbuah ternyata mengambil sejumlah zat makanan (nutrisi) yang terkandung dalam
tanah. Varietas jagung yang ditingkatkan mutunya dapat memberi hasil yang lebih
banyak disbanding dengan local varieties (Kartasapoetra, 1988).
Jagung
merupakan salah satu tanaman serelia yang tumbuh hampir diseluruh dunia dan tergolong
spesies dengan variabilitas genetik yang besar
dan dapat menghasilkan genotype baru yang dapat beradaptasi terhadap
berbagai karakteristik lingkungan. Dalam sejarah budidaya tanaman, jagung sudah
ditanam sejak ribuan tahun yang lalu dan diduga kuat berasal dari benua Amerika
(Splittstoesser, 1984).
Jagung merupakan tanaman herba monokotil, dan tanaman
semusim iklim panas. Tanaman ini berumah satu dengan bunga jantan tumbuh
sebagai perbungaan ujung pada batang utama (poros atau tangkai), dan bunga
betina tumbuh terpisah sebagai perbungaan samping (tongkol) yang berkembang
pada ketiak daun. Tanaman ini menghasilkan satu atau beberapa tongkol.
Kadang-kadang bunga jantan tumbuh pada ujung tongkol dan bunga betina pada
tassel (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).
Tujuan Percobaan
Tujuan
percobaan adalah untuk mengetahui evaluasi karakter dan respons hasil beberapa
varietas jagung terhadap silang dalam dan silang bebas.
Hipotesis Percobaan
·
Adanya pengaruh varietas beberapa varietas
jagung terhadap silang dalam dan silang bebas.
·
Adanya pengaruh respons beberapa varietas jagung
terhadap silang dalam dan silang bebas.
·
Adanya pengaruh interaksi beberapa varietas
jagung terhadap silang dalam dan silang bebas.
Kegunaan Percobaan
·
Laporan sebagai salah satu syarat untuk dapat
mengikuti praktikal tes di Laboratorium Dasar Pemuliaan Tanaman Fakultas
Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
·
Sebagai informasi bagi pihak yang bersangkutan.

Botani Tanaman
Berdasarkan sumber literatur yang
diperoleh dari http://www.plantamor.com/index.php?plant=1301
(2010), klasifikasi jagung adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Class :
Monocotyledoneae
Ordo : Graminales
Famili : Gramineae
Genus : Zea
Spesies : Zea mays L.
Sistem perakaran jagung adalah akar serabut. Akar yang tumbuh relatif
dangkal ini merupakan akar adventif dengan percabangan yang amat lebat yang
memberi hara pada tanaman. Akar layang penyokong memberikan tambahan topangan
untuk tumbuh tegak, dan membantu penyerapan hara. Akar layang ini yang tumbuh
di atas permukaan tanah, tumbuh rapat pada buku-buku dasar dan tidak bercabang
sebelum masuk ke dalam tanah
(Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).
Helaian
daun berbentuk pita 35-100 kali 3-12 cm. Bentuk pertulangan daun sejajar dan
melengkung, helaian daun duduk, hampir selalu berbentuk garis dan merupakan
berdaun tunggal (Steenis, 2005).
Jenis
batang jagung adalah batang rumput, batang tidak keras dan mempunyai ruas-ruas
yang nyata . Permukaan batangnya licin dan batang jagung merupakan tumbuhan
yang jelas berbatang (Tjitrosoepomo, 2001).
Perbungaan jantan berbentuk malai
longgar, yang terdiri dari bulir poros tengah dan cabang lateral. Perbungaan
betina tumbuh pada ujung tongkol sampai batang yang berasal dari ketiak daun,
biasanya pada sekitar pertengahan panjang batang utama. Setiap pasang bunga
terdiri dari satu bunga duduk (tidak bertangkai) dan satu bunga bertangkai yang
mengandung benang sari dan putik (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).
Buah masak kuning atau ungu. Panjang tongkol yang masak 8-20 cm. Bakal buah
berbentuk telur (Steenis, 2005).
Biji tampak utuh atau tunggal. Bijinya sebagian besar
terdiri atas putih lembaga dalam yang berfungsi untuk menghisap tanaman. Akar
lembaga dalam biji diselubungi oleh suatu sarung yang disebut coleorhiza
(Tjitrosoepomo, 2001).
Syarat Tumbuh
Iklim
Iklim
yang dikehendaki jagung adalah daerah-daerah beriklim sedang hingga daerah iklim
subtropis/tropis yang basah. Jagung dapat tumbuh di daerah yang terletak antara
0-500 LU samapai 0-400 LS. Pada lahan yang tidak
beririgasi, pertumbuhan tanaman ini
memerlukan curah hujan ideal sekitar 8-200 mm/bulan dan harus merata
(Splittstoesser, 1984).
Pada fase perbungaan dan pengisian biji tanaman jagung memerlukan cukup
air. Sebaiknya jaging ditanam di awal musim hujan dan menjelang musim kemarau.
Pertumbuhan tanaman jagung yang ternaungi, pertumbuhannya akan terhambat dan
memberikan hasil biji yang kurang baik bahkan tidak dapat membentuk buah (Sherf
dan Macnab, 1990).
Suhu
yang dikehendaki jagung antara 21-340 C,. akan tetapi bagi
pertumbuhan tanaman yang ideal memerlukan suhu optimum antara 23-270
C. Pada proses perkecambahn benih jagung memerlukan suhu yang cocok
sekitar 300 C. Saat panen
jagung yang jatuh pada musim kemarau akan lebih baik daripada musim hujan,
karena berpengaruh terhadap pemasakan biji dan pengeringan hasil yang akan
dihasilkan pada saat jagung akan menghasilkan (http://insidewinme.blogspot.com/2007/11/budidaya-jagung.html, 2010).
Agar tumbuh dengan baik, tanaman jagung memerlukan
temperatur rata-rata antara 14-300 C, pada daerah dengan ketinggian sekitar 2.200 m
dpl, denngan curah hujan sekitar 600 mm-1200 mm/tahun yaitu terdistribusi rata
selama musim hujan (Kartasapoetra, 1988).
Tanah
Jagung tidak memerlukan persyaratan tanah yang khusus. Agar dapat tumbuh
optimal tanah harus gembur, subur, dan kaya humus. Jenis tanah yang dapat
ditanami jagung antara lain andosol (berasal dari gunung berapi), latosol,
grumosol, tanah berpasir. Pada tanah-tanah dengan tekstur berat (grumosol)
masih dapat ditanami jagung dengan hasil yang baik dengan pengolahan tanah
secara baik. Sedangkan untuk tanah dengan tekstur lempung /liat (latosol)
berdebu adalah yang terbaik untuk pertumbuhannya (Ginting, 1995).
Keasaman
tanah erat hubungannya dengan ketersediaan unsur-unsur hara tanaman. Keasaman
tanah yang baik bagi pertumbuhan tanaman jagung adalah pH antara 5,6-7,5.
Tanaman jagung membutuhkan tanah dengan aerase dan drainase serta ketersediaan
air dalam kondisi baik. Tanah dengan kemiringan kurang dari 8 % dapat ditanami jagung, karena di sana
kemungkinan terjadinya erosi tanah sangat kecil. Sedangkan daerah dengan
tingkat lebih dari 8 %, sebaiknya dilakukan pembentukan teras dahulu (Calvin,
1984).
Pada
tanah yang terlalu lembab penanaman hendaknya diatur sedemikian rupa agar buah
jagung cukup matang untuk dipanen pada permulaan musim kering, maksudnya agar
panenan dapat segera dikeringkan untuk menghindarkan panjamuran yang dapat
menurunkan kualitas dan penyebab menimbulkan penyakit serta terbebas
pengairannya karena tanaman jagung tidak toleran pada genangan air (Ginting,
1995).
Jagung tumbuh baik pada berbagai jenis tanah.
Tanah liat lebih disukai karena mampu menahan lengas yang tinggi. Tanaman ini
peka terhadap tanah masam dan tumbuh baik pada kisaran pH antara 6,0-6,8 serta
toleran terhadap kondisi basa (Makmur, 1999).
Varietas
Varietas jagung yang digunakan dalam
percobaan di lahan percobaan adalah jagung P 12, NK 22, DK-3. Ketiga varietas
jagung tersebut memiliki keunggulan masing-masing.
Varietas jagung P 12 lebih tahan terhadap penyakit, misalnya untuk
mencegah penyakit bule pada jagung. Varietas jagung P 12 merupakan benih jagung
berkualitas baik, produktivitas tinggi sehingga mampu meningkatkan kesejahteraan
masyarakat. Varietas ini juga cocok cocok ditanam di musim penghujan dan
hasilnya juga tergolong memuaskan dibanding jagung hibrida lainnya (http://www.pioneer-online.com/show.article.php?rid=9&aid=754,
2010).
Varietas jagung NK 22 super jumbo
merupakan benih jagung hibrida produksi PT Syngenta Indonesia. Varietas jagung NK 22
dapat panen berumur 95 hari di dataran rendah, kelobot menutup dengan baik
sehingga mencegah serangan busuk tongkol. Bentuk tongkolnya silinder, berukuran
besar super jumbo. Tongkol terisi penuh sehingga menjamin hasil panen yang
maksimal. Varietas jagung NK 22 tahan busuk tongkol dan batang, serta toleran
terhadap hawar daun, memiliki sistem perakaran sangat baik sehingga tahan
rebah. Varietas jagung NK 22 merupakan salah satu benih tanaman pangan yang
berkualitas tinggi (http://www.radarlamteng.com/mod.php?mod=publisher&op=viewarticle&cid=5&artid=4986,
2010).
Varietas jagung DK-3
memiliki ketahanan terhadap hama
penyakit, tumbuh benih diperkirakan di atas 80 %, memiliki potensi jauh lebih
baik dari segi kualitas maupun kuantitas dibanding komposit. Varietas ini
memiliki produktivitas yang tinggi, dalam satu batang bertongkol dua sehingga
produksi berlipat (http://www.agraria-online.com/showarticle.php?rid=7&aid=B44,
2010).
Heritabilitas
Heritabilitas merupakan perbandingan
antara ragam genetik terhadap ragam fenotip. Heritabilitas adalah istilah yang
digunakan untuk menunjukkan bagian dari keragaman total (yang diukur dengan
ragam) dari suatu sifat yang disebabkan oleh pengaruh genetik. Pada umumnya dikenal
dua istilah pengertian tentang heritabilitas. Pertama, heritabilitas dalam arti
luas (bropadsense) yaitu perbandingan dengan keragaman genetik yang merupakan
gabungan dari ragam genetik aditif, dominan, epitasis dengan ragam fenotip. Heritabilitas dalam arti sempit
selanjutnya disebut heritabilitas atau dengan notasi h2 secara teori
(http://pustaka.ut.ac.id, 2010).
h2=
(Arti
luas)

keterangan:
2g= Ragam genotip


h2=
(Arti
Luas)

h2=

h2
(Arti sempit)

Keterangan:
2A= Ragam disebabkan factor aditif



Nilai heritabilitas dikatakan kecil (rendah) jika
nilainya 0-0,30; agak rendah (sedang) 0,30-0,50; agak tinggi 0,50-0,70; dan
tinggi jika bernilai lebih dari 0,70.
Silang Dalam dan Silang Bebas
Silang dalam merupakan persilangan
yang dilakukan pada bunga jantan dan bunga betina yang terletak pada tanaman
yang sama. Silang dalam dilakukan dengan cara membungkus atau menyungkup bunga
betina dengan menggunakan plastik. Tujuannya
agar bunga betina tidak terserbuki oleh bunga jantan dari tanaman lain. Cara
persilangan ini adalah bunga jantan dibungkus dengan menggunakan plastik besar,
kemudian digoncang agar serbuk sari rontok ke dalam plastik, lalu plastik
tersebut disungkupkan kembali ke dalam pada bunga betina dan digoncang kembali
atau serbuk sari dan kepala putik menempel secara merata (Tjitrosomo,
1983).
Silang
bebas merupakan persilangan yang terjadi secara bebas tanpa bantuan manusia.
Persilangan secara bebas lebih menguntungkan dibanding silang dalam, karena
sudah pasti persilangan terjadi dari serbuk sari maupun putik yang telah masak
karena dapat terjadi dengan cara bantuan angin tanpa memerlukan bantuan manusia
(Pai, 1992).

Tempat dan Waktu Percobaan
Percobaan ini dilakukan di lahan pertanian Laboratorium
Dasar Pemuliaan Tanaman Departemen Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara, Medan pada ketinggian tempat
25 m dpl. Pelaksanaan percobaan ini dimulai pada
bulan Maret sampai bulan Mei 2010.

Bahan dan Alat
Adapun
bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah benih jagung dengan varietas P
12, NK 22, dan DK-3 berfungsi sebagai bahan percobaan, kompos berfungsi sebagai
bahan organik untuk kesuburan tanah, furadan dan kuratil berfungsi untuk
membasmi semut (hama) yang ada di lahan, dan air berfungsi untuk merendam benih
dan menyiram tanaman yang ada pada lahan percobaan.
Alat-alat
yang digunakan dalam percobaan ini adalah parang berfungsi untuk membersihkan
gulma pada saat pembukaan lahan, cangkul berfungsi untuk menggemburkan tanah,
gembor berfungsi sebagai alat untuk menyiram tanaman, meteran berfungsi untuk
mengukur parameter tinggi tanaman, pacak berfungsi sebagai penanda tanaman yang
dijadikan sebagai sampel percobaan, plastik berfungsi sebagai tanaman jagung
untuk disilangkan, amplop besar berfungsi sebagai tempat untuk serbuk sari
jagung yang akan disilangkan ke tanaman jagung yang lain, dan plank nama
berfungsi sebagai penanda identitas masing-masing kelompok lahan.
Metode Percobaan
Metode
yang digunakan adalah metode Rancangan Acak Kelompok. Faktorial yang terdiri dari 2 faktor yaitu:
Faktor 1 :
Varietas (V)
V1
: Varietas Pioneer 12 (P 12)
V2
: Varietas NK 22
V3
: Varietas DK-3
Faktor 2 : Persilangan (P)
P1
: Persilangan dalam
P2
: Persilangan bebas
Sehingga diperoleh 6 kombinasi perlakuan sebagai berikut :
V1P1 V2P1 V3P1
V1P2 V2P2 V3P2
Data
hasil percobaan, dianalisis dengan sidik ragam berdasarkan model linier dengan
rumus sebagai berikut:
Yijk = µ + ρi + αj + βk + (αβ)jk + €ijk
Dimana:
Yijk = Data hasil pengamatan dari perlakuan
interaksi perlakuan varieatas dan
perlakuan persilangan.
µ =
Pengaruh nilai tengah
βk = Pengaruh dari varietas ke-i
(αβ) =
Pengaruh interaksi antara varietas jagung dan persilangan
αj = Efek perlakuan persilangan taraf ke-j
℮ijk = Efek Galat
Dari
hasil percobaan dianalisis dengan sidik ragam rancangan acak kelompok
faktorial. Jika aspek perlakuan berbeda
nyata, maka dianjurkan dengan Uji Jarak Berganda Duncam (DMRT).
Heritabilitas
adalah dasar pemuliaan tanaman sebagai ukuran untuk menilai seleksi dari
karakter dalam tipe variasi keturunan dan sebagai index penyebaran. Koefisien
korelasi dan regresi telah digunakan sebelum untuk determinasi kerabatan antara
tetua dan keturunanya.
Pengamatan Parameter
Tinggi Tanaman
Tinggi
tanaman diukur dari pangkal batang di atas lubang tanam sampai ujung daun yang
paling panjang.
Jumlah Daun
Jumlah daun dihitung
dari daun yang telah mengelupas atau pelepah daun yang sudah keluar sampai daun
tanaman yang telah membuka sempurna.
Umur Berbunga Jantan
Umur berbunga jantan
dapat dilihat berdasarkan kalau malai pada ujung batang tanaman jagung sudah
keluar yang berwarna merah kecoklatan.
Umur Berbunga Betina
Umur berbunga betina
dapat dilihat berdasarkan kalau tongkol betina sudah keluar dari ketiak daun.
Berat Tongkol / Tanaman
Berat tongkol / tanaman dapat
dihitung berdasarkan kalau tongkol tanaman jagung sudah masak dan ditimbang
dengan timbangan berapa beratnya berdasarkan satuan gram.

Persiapan Lahan
Persiapan lahan
dapat dilakukan dengan cara yaitu Tanpa Olah Tanah (TOT) atau zero tillage,
Tanah minimum (Minimum Tillage), dan Pengolahan Tanah Maksimum (Maksimum
Tillage). Keuntungan system TOT adalah menekan pengolahan tanah dan
memperpendek waktu tanam, pengolahan tanah minimum dapat dipraktekkan pada
tanah-tanah berpasir atau tanah ringan, dan pengolahan tanah maksimum bertujuan
untuk memperbaiki tekstur dan struktur tanah, memberantas gulma dan hama dalam
tanah, memperbaiki airase dan drainase tanah, mendorong aktifitas
mikroorganisme tanah, dan membuang gas-gas beracun dari dalam tanah.
Penanaman
Penanaman adalah cara tanam diusahakan
dengan jarak yang teratur, dengan tugal maupun mengikuti alur bajak. Populasi tanaman
optimal berkisar antara 62500-100000 tanaman / ha, dengan jarak tanam 75 cm x
40 cm, 2 tanaman / lubang atau 75 cm x 20 cm, 1 tanaman atau 2 tanaman /
lubang. Untuk varietas lokal pada musim penghujan jarak tanam 75 cm x 30 cm, 2
tanaman / lubang dapat memberikan pertumbuhan hasil produksi yang lebih baik.
Penanaman dapat juga dilakukan dengan sistem 2 baris (double row), yaitu jarak
tanam (100 cm x 50 cm) x 20 cm dengan 1 tanaman / lubang tanam.
Pemupukan
Pemupukan sangat
diperlukan sebelum dilakukan penanaman, untuk ini diberikan 100 kg / ha
superphosfat (double) dan 100 kg / ha (AN atau ASN). Pemupukan akan lebih
efektif apabila diberikan di sekitar lubang pembibitan, sekitar 7 cm dan
sedalam 10 cm untuk hal ini campuran pupuk di atas hendaknya diberikan 1 sendok
besar bagi setiap ruangan sekitar lubang, tutup kembali dengan tanah secara
merata. Apabila tanah yang akan ditanami tidak menjamin ketersediaan hara yang
cukup maka harus dilakukan pemupukan. Dosis pupuk yang dibutuhkan tanaman sangat tergantung pada kesuburan tanah
dan diberikan secara bertahap. Anjuran dosis rata-rata adalah urea = 200-300 kg
/ ha, TSP = 75-100 kg / ha, dan KCl = 50-100 kg / ha (Kartasapoetra, 1988).
Pemeliharaan
Penyiraman
Penyiraman sangat
penting untuk pertumbuhan tanaman, terutama tanaman jagung tidak tahan terhadap
kekeringan yang berlebihan. Oleh karena itu, penyiraman sangat diperlukan.
Penyiraman diperlukan saat tanam (untuk perkecambahan benih), awal pertumbuhan
vegetatif (umur 2 minggu), menjelang berbunga (umur 5-6 minggu), dan menjelang
pengisian benih (umur 8-9 minggu).
Penyisipan
Penyisipan dilakukan pada saat penanaman. Benih jagung disebarkan ke
sisi-sisi lahan percobaan. Tujuannya
agar dapat menggantikan tanaman di dalam lahan yang telah mati.
Penjarangan
Penjarangan pada jagung dapat dilakukan 2-3 minggu setelah penanaman.
Caranya dengan memotong batang tanaman
menggunakan gunting atau pisau tajam. Tanaman yang disisakan berupa tanaman
yang pertumbuhannya sehat, kokoh, dan vigor. Walaupun dilakukan penjarangan,
jumlah tanaman yang harus disisakan tetap sesuai dengan rencana jumlah tanaman
optimal setiap hektarnya.
Penyiangan dan Pembumbunan
Penyiangan dilakukan terutama pada
masa awal pertumbuhan sebab tanaman jagung sangat peka terhadap persaingan dengan
gulma. Penyiangan dapat dilakukan secara kimiawi dan secara manual. Cara
kimiawi dilakukan dengan pemberian herbisida sebelum tanam. Penyiangan secara
manual dilakukan pada saat berumur 15 hari setelah tanam dan penyiangan kedua
saat berumur 30 hari setelah tanam.
Pembumbunan dilakukan
untuk memperkokoh tegaknya batang, mengingat tanaman jagung memiliki akar
serabut. Pembumbunan dilakukan bersamaan dengan dilakukannya penyiangan yang
kedua dan ketiga yaitu saat berumur 4 MST dan 6 MST.
Pengendalian Hama dan
Penyakit
Pengendalian
hama dan penyakit dengan menyemprotkan fungisida dithane M 45 dengan dosis 2 g
/ L air. Penyemprotan dilakukan sesuai dengan kondisi di lapangan.
Penyungkupan
Penyungkupan dilakukan ketika malai dan
tongkol telah muncul. Bunga betina ditutup dengan kertas atau plastik yang
tembus cahaya untuk mencegah terjadinya penyerbukan silang dari batang tanaman
lain.
Penyerbukan
Proses
penyerbukan selain diawali dengan penyediaan bahan, yaitu amplop coklat dan
plastik putih. Selfing dilakukan dengan menutup malai dengan amplop coklat dan
mengguncang malai agar bulir-bulir malai gugur dan masuk ke amplop. Plastik
putih digunakan untuk menutupi rambut tongkol setelah tongkol diletakkan
bulir-bulir malai. Hal ini digunakan untuk mencegah bulir malai dari tanaman
lain agar tidak menempel ke rambut tongkol jagung tersebut.
Untuk
menyerbuk sendiri serbuk sari dari bunga jantan dari satu batang jagung
diusapkan dengan kuas atau alat lain ke ujung bunga betina yang berbulu-bulu
panjang itu. Lewat bulu-bulu itulah serbuk sari masuk untuk menyerbuki ovum
pada tongkol, sehingga menjadi biji-biji jagung. Bunga betina lebih dulu harus
ditutup dengan kertas atau plastik yang tembus cahaya, mencegah terjadinya
serbuk silang dari batang lain. Setelah diserbukkan dengan sengaja, bunga
betina itu masih ditutup beberapa lama sampai pasti sudah terjadi penyerbukan
di dalam (Tjitrosomo, 1983).
Panen
Tanaman
yang dipanen setelah menunjukkan ciri-ciri panen yaitu kelobot berwarna kuning
kecoklatan dan bijinya keras, kering, dan mengkilat. Berdasarkan kriteria umum,
panen dilakukan setelah tanaman jagung berumur 100 hari.
Penimbangan
Penimbangan dilakukan setelah panen
dilakukan. Jagung yang
ditimbang adalah jagung yang termasuk sampel.

Calvin,
C. L. 1984. Modern Home Gardening. Potland South University.
New York
Dahlia, B. S. 1996. Seed
Technology. Kalyani Publisher. New
Delhi
Ginting, S. 1995. Jagung.
USU Press. Medan
http://id.wikipedia.org/wiki/jagung. 2010. Budidaya Jagung. Diakses
Pada Tanggal 15 Mei 2010
http://insidewinme.blogspot.com.2007/11/.
2010. Budidaya Jagung. Diakses Pada
Tanggal 15 Mei 2010
http://www.agraria-online.com/showarticle.php?rid=7&B44. 2010. Jagung DK-3. Diakses Pada Tanggal 15 Mei 2010
http://www.pioneer-online.com/showarticle.php?rid=9&aid=754. 2010. Jagung P 12. Diakses Pada Tanggal 15 Mei 2010
http://www.plantamor.com/index.php?plant=1301. 2010. Klasifikasi
Jagung. Diakses Pada Tanggal 15 Mei 2010
http://www.radarlamteng.com/mod.php?mod=publisher&op=viewarticle&cid=5&artid=4986. 2010. Jagung NK 22. Diakses Pada Tanggal 15 Mei 2010
Kartasapoetra, A.G. 1988. Teknologi Budidaya Tanaman Pangan di Daerah
Tropik. Bina Aksara.
Jakarta
Makmur, A. 1999. Pemuliaan Tanaman Bagi Lingkungan Spesifik. IPB Press. Bogor
Pai, A. C.
1992. Dasar-Dasar Genetika.
Erlangga. Jakarta
Rubatzky, V.
E dan M. Yamaguchi. 1998. Sayuran Dunia
1. ITB. Bandung
Sherf, A.F dan A. A. Macnab. 1990. Vegetable Diseases and Their Control.
A Wiley Intercine Publication. Singapore
Splittstoesser,
W.E. 1984. Vegetable Growing Handbook.
Published by Van Nostrand Reinhold Company. New York

Tjitrosoepomo, G. 2001. Morfologi
Tumbuhan. UGM Press. Yogyakarta
Tjirosomo. 1983. Botani
Umum 1. Angkasa. Bandung
No comments:
Post a Comment